Damai Indonesiaku TVOne di Masjid Al Muhajirin
Sabtu, 17 Juni 2023, stasiun TV swasta nasional TVOne menyelenggarakan acara religi "Damai Indonesiaku" yang bertajuk Al Quran adalah Kalamullah di Masjid Al Muhajirin, Koja - Jakarta Utara. Pada kesempatan ini penceramah yang memberikan tausiah adalah KH. Asrorun Niam, bidang Fatwa MUI, KH. Syarif Matnadjih dan Ustadz Solmed.
Acara Damai Indonesiaku dibuka dengan pembacaan Kalam Ilahi oleh Ahmad Firdaus yang membacakan Al Qur'an Surat Al Hijr ayat 9 - 15.
Acara dilanjutkan dengan tausiah yang dibuka oleh KH. Asrorun Niam. Beliau menjelaskan bahwa percaya kepada Al Qur'an merupakan satu dari rukun Iman, yang artinya Al Qur'an adalah satu tiang keimanan. Beliau melanjutkan dengan mengutip hadits tentang Malaikat Jibril AS yang bertanya tentang iman, Islam, ihsan dan hari akhir kepada Rasulullah SAW. Al Qur'an adalah Kalamullah bukan makhluk Allah yang diturunkan kepada Rasulullah SAW melalui perantara Malaikat Jibril AS yang kita beribadah ketika membacanya. Al Qur'an adalah the way of life, sumber dan inspirasi kehidupan kita dari masalah ibadah sampai muamalah. Dan memiliki kekhususan, contohnya Al Qur'an diturunkan dalam bahasa Arab namun tidak hanya diperuntukkan bagi orang Arab, karena risalah Islamiyah bersifat 'Alamiyah. Dan siapapun yang meragukan otentisitas Al Qur'an maka dia mencederai keimanan dan jika dengan sengaja akan melahirkan kekufuran, karena Allah SWT yang menjaga Al Qur'an.
Tausiah kedua disampaikan oleh KH. Syarif Matnadjih. Pada tausiahnya ini KH. Syarif Matnadjih menyoal tentang pihak yang meragukan Al Qur'an. Sebagai penekanan dalam tausiahnya, KH Syarif Matnadjih membacakan Al Qur'an Surat Al Haqqah ayat 40-43. Ketika suatu ayat dibacakan maka lisan ini tidak sabar untuk melanjutkan bacaannya, dan Allah lah yang menggerakkan lisan-lisan ini untuk membaca Al Qur'an.
Tausiah ketiga disampaikan oleh Ustadz Soleh Mahmud atau Solmed. Ustadz Solmed bercerita tentang seorang pemuka Quraisy, Walid bin Mughiroh, yang ditanya tentang Al Qur'an. Walid bin Mughiroh tidak bisa menilai Al Qur'an karena itu bukan buatan manusia, walaupun Walid bin Mughiroh wafat dalam keadaaan tidak beriman.
Tausiah dilanjutkan dengan pertanyaan dari jamaah Masjid Al Muhajirin tentang bagaimana hukumnya seorang muslim yang meragukan Al Qur'an. Pertanyaan dijawab oleh KH. Asrorun Niam dengan penjelasan tentang fatwa yang telah diputuskan oleh MUI.